Tapak Tilas Gong Si Bolong, Legenda Kesenian Depok Media Syiar Agama Islam


 sumber: liputan6.com


Warisan budaya Gong Si Bolong yang berasal dari Kota Depok ditetapkan sebagai salah satu Kekayaan Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional oleh pemerintah. Gong Si Bolong merupakan legenda seni musik warga Kota Depok.

Gong Si Bolong adalah seni gamelan khas Kota Depok yang digunakan untuk mengiringi beberapa pertunjukan kesenian tradisional, di antaranya: jaipong, wayang kulit Betawi, dan tari tayub. Jenis iringan musik gamelan Gong Si Bolong mengacu pada seni gamelan ajeng. Namun demikian, ada kekhasan antara musik gamelan Gong Si Bolong dengan seni gamelan ajeng.

Pada era tahun 1970, pementasan Gong si Bolong pernah mengalami kejayaan. Daerah persebaran musik Gong si Bolong di antaranya Depok, Pondok Jengkol, Kunciran, Pondok Kacang, Pondok Aren, Pamulang Barat serta Pamulang Timur. Gong si Bolong biasa dimainkan untuk memeriahkan pesta khitanan, perkawinan, maupun acara lamaran.

Awalnya kesenian ini digunakan untuk syiar agama Islam di kawasan Curugan dan Kukusan. Saat itu warga sekitar menganut paham animisme dan Hindu. Kesenian Gong Si Bolong terbentuk berawal dari penemuan seperangkat alat musik tradisional Sunda yang ditemukan oleh alim ulama asal Cianjur, Pak Jimin, pada tahun 1648 di Kampung Tanah Baru, Depok. Kala itu, Pak Jimin hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya.

Kebudayaan ini sudah berusia ratusan tahun. Gong Si Bolong ini memiliki suara unik dan khas, tidak sama dengan alat musik serupa dari daerah lain. Tidak ada perangkat alat musik lain yang menyamai suaranya dengan perangkat musik Gong Si Bolong. Ditambah sebagai pendamping gamelan serta wayang kulit, ditambah perpaduan musik instrumen campur penyakit sinden, jadi tambah luar biasa.

Musik Gong Si Bolong ini dimainkan oleh banyak pemain terompet. Lagu yang dilantunkan digunakan sebagai buat penggiring permainan wayang kulit dan tari-tarian, seperti Tari Payung dan Renggong.

Seiring berjalannya waktu, regenerasi dianggap perlu dilakukan agar warisan seni budaya ini tetap terjaga. Belum ada yang benar-benar bisa memainkan warisan budaya ini selain generasi yang memang memegang Gong Si Bolong ini. Namun saat ini ada 20 remaja sekolah SMA diajarkan bagaimana cari mempergunakan alat musik Gong Si Bolong di Sanggar Perkumpulan Gong Si Bolong. Semua perlengkapan alat musik Gong Si Bolong ditempatkan rumah Adi Suryadi di Alfira Sport Center, Jalan Raya Tanah Baru, Beji.

Ketua Forum Baru Kebangsaan Kota Depok Entong Manisyah Boy menyebut Gong si Bolong memiliki ritual kepercayaan, yakni konon harus dibersihkan atau dimandikan pada malam Maulid atau Suro. Adapun kondisi Gong si Bolong asli saat ini sudah tidak bagus. Sebab pada sekitar tahun 1960 Gong Si Bolong pernah terjatuh dan rusak.

Budayawan Depok Nuroji juga turut bangga warisan Gong Si Bolong ditetapkan sebagai Kekayaan Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional. Kendati demikian, ia sedikit kecewa lantaran dalam perjalanan pemeliharaannya, tidak ada campur tangan dari pemerintah daerah.

Dia menceritakan, selama ini Gong Si Bolong dijaga dan dirawat oleh Buang Jayadi atau akrab disapa Kong Jayadi yang kini sudah meninggal dunia. Lalu diturunkan kepada ahli waris, H Bagol, untuk melestarikan dan menjaganya. Dia sering mendapat cerita dari almarhum Kong Buang perihal pahitnya perjuangan mempertahankan budaya ini. Bahkan para pemain seni budaya ini kerap dipandang sebelah mata saat pentas dengan dibayar tidak sesuai. Dia berharap agar Pemkot Depok memberikan perhatian besar terhadap warisan seni budaya ini sebagai identitas Kota Depok.

 

 

Comments